by

Ketika Dua Istri Gubernur Ngobrol Berbagi Kiat Memimpin Organisasi

Seputar News/

“Menjadi pemimpin organisasi memang tidak mudah,”. Kalimat itu meluncur dari mulut Netty Prasetiyani Heryawan saat berbincang dengan istri Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Fery Farhati Anies Baswedan di Rumah Dinas Gubernur DKI Jl. Taman Suropati 75, Menteng, Jakarta Pusat pada Kamis (01/01/18). Saat itu Netty menemui Fery untuk berbagi kiat berorganisasi ataupun menjalankan tugas-tugas lainnya sebagai istri gubernur. Maklum saja, Netty sudah sepuluh (10) tahun atau dua periode mendampingi Ahmad Heryawan membangun Jawa Barat.

Kunjungan Netty yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat itu menjadi penyemangat bagi Fery Anies Bawedan yang baru seumur jagung bertugas sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi DKI. Keduanya sebagai istri gubernur memang bukan hanya ex officio menjadi Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), namun juga menjadi Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi, serta beberapa posisi atau jabatan sosial, seperti Bunda Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD), penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP), dan lain-lain.
Suasana audiensi terjalin begitu hangat, Netty membandingkan kondisi kepemimpinan di Jawa Barat dengan di DKI saat ini. “Kalau dibilang situasi saat ini sedang terbalik, Saya sedang ‘beres-beres’ bersiap untuk ‘meninggalkan’ Jawa Barat, sedangkan Ibu Fery ‘beres-beres’ untuk mulai mengenal DKI,” kata Netty dibalas dengan tawa peserta audiensi. Pertemuan itu menjadi ajang bagi kedua istri gubernur yang bertetangga ini untuk saling mencurahkan isi hatinya tentang suka duka menjadi Istri Kepala Daerah.
“Tantangan yang saya hadapi sewaktu awal menjadi Ketua PKK adalah bagaimana memetakan sumber daya manusia yang ada agar dapat bekerjasama dan menyukseskan program saya. Demikian juga di Dekranasda. Saya butuh orang-orang yang bersemangat, berenergi, dan sekaligus berwawasan terbuka. Oleh karena itu, saya mengubah komposisi kepengurusan. Kita harus berani mengorbankan sesuatu demi program kerja yang lebih baik lagi. Ya risikonya mungkin ada yang nggak suka sama saya,” ujar Netty menyampaikan kiat-kiatnya berorganisasi.
Menurut Netty, ketika menjadi istri kepala daerah semua mata tertuju padanya. “Ini adalah pertaruhan karena masa jabatan suami hanya lima tahun, paling banter  dua periode, sepuluh tahun. Jadi, komitmen saya adalah bagaimana menciptakan perubahan. Saya ingin meninggalkan kesan yang baik bagi masyarakat ketika nanti saya meninggalkan organisasi dan Jawa Barat,” tambahnya.
Fery sangat antusias mendengarkan cerita Netty. Bahkan ia beranggapan bahwa Netty pantas menjadi contoh karena sudah terbukti dengan berbagai prestasi dan penghargaan yang telah diraih. Netty pun berbagi pengalaman dan menjelaskan bagaimana ia memformulasikan  program kerja di organisasi yang dipimpinnya.
“Hari ini saya merasa beruntung, seharusnya saya yang datang ke Bandung mengunjungi Ibu Netty. Ini malah Saya yang dikunjungi,” ucap Fery.
Feri mengaku, dirinya masih meraba-raba dalam berorganisasi. “Saya membutuhkan tips-tips dan kiat untuk mengoptimalkan peran saya. Apalagi saya tahu Ibu Netty sangat aktif dalam kegiatan pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, penanganan kekerasan, dan penjemputan korban trafficking. Ini momen yang sangat penting karena saya bisa berbagi pengalaman dengan Bu Netty,” sambungnya.
Menyikapi cara Netty tentang berorganisasi tersebut, Fery mengaku kagum. Ia merasa sangat terinspirasi untuk lebih berani mengarahkan anggotanya guna mensukseskan program kerja organisasi. Dalam dialog tersebut, Netty juga menambahkan pentingnya program yang bersifat terobosan yang mampu memberi solusi bagi permasalahan, dan jangan lupa untuk membangun jaringan kerja yang solid dan kokoh dengan berbagai komponen masyarakat.
“Alhamdulillah, terimakasih Ibu Netty, sangat menginspirasi. Selama ini saya begitu terkungkung oleh program yang sudah ada dan pengurus sebelumnya. Dari cerita Ibu Netty saya harus berani mengarahkan dan bisa menggerakkan program kerja yang saya maksud. Termasuk saran Beliau untuk membentuk tim kajian yang akan memberikan masukan tentang ketahanan keluarga, pengasuhan, pencegahan kekerasan, dan perlindungan anak, serta perhatian kepada lansia dan penyandang masalah kesejahteraan sosial,” sahutnya.
Dalam dialog, nampak juga hadir sebagai peserta audiensi adalah Ketua Umum Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) lbu Dwi Septiawati, jajaran pengurus Bidang Perempuan PKS yang dulu menjadi partai pengusung Anies-Sandi, dan Ustadzah Athifah Hasan, Lc beserta rombongan.
“Insya Allah sambil berjalan Saya akan belajar melihat situasi. Kuncinya, yang saya garisbawahi dari Bu Netty adalah kita harus mengisi celah yang tidak tertangani oleh Pak Gubernur melalui peran dan kewenangan yang diberikan. Ke depan saya juga akan lebih memerhatikan kaum perempuan, lanjut usia (lansia), dan anak,” tutup Fery.
Di akhir pertemuan, Netty memberikan buku tentang kiprah P2TP2A Jawa Barat “Perjuangan Melawan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak” serta sejumlah produk unggulan Jawa Barat sebagai cenderamata berupa tas bordir Tasikmalaya, kain tenun bulu Garut, dan kotak kayu kartu nama kepada Fery. Sebagai balasan, istri Gubernur DKI ini juga memberikan dompet kain motif batik dan tatakan gelas. Pertukaran cenderamata ini mengakhiri pertemuan sekaligus menjadi awal kerjasama antara dua istri gubernur provinsi yang bertetangga, DKI Jakarta dan Jawa Barat.