by

Kisah Iriyanto Ngumbara di Wamena

Seputarnews.com/BANDUNG –Masyarakat Jawa Barat mencintai Wamena,” kata Ketua Penguyuban Sunda Ngumbara M. Iriyanto Pawika. “Sedangkan, masyarakat Wamena sangat welcome (menyambut baik) warga Jabar. Kita sudah seperti keluarga,” imbuhnya. 


Sudah 32 tahun Iriyanto tinggal di Wamena. Maka itu, pria asal Cimahi tersebut tahu betul bagaimana warga Wamena menyambut masyarakat Jabar yang terus berdatangan. Tentu saja, dia juga paham bagaimana warga Wamena dan Jabar membangun komunikasi dan bersosialisasi. 

Tidak heran apabila Iriyanto mengatakan, permintaan pulang 71 warga Jabar yang terdampak kerusuhan Wamena di Kabupaten Jayawijaya Papua bukan karena takut, melainkan ingin memastikan kepada keluarga di kampung halaman bahwa mereka baik-baik saja. 

Meski begitu, Iriyanto tidak menampik ada beberapa warga Jabar yang trauma pasca-insiden, tetapi dia yakin bahwa warga Jabar yang pulang ingin kembali ke Wamena kemudian hari. “Mereka ini ingin menenangkan pikiran. Kalau di sana mereka ada tekanan,” katanya. 

Apa yang dikatakan Iriyanto terbukti. Salah satu warga Jabar bernama Kushenryk Napiana menyatakan keinginannya untuk kembali ke Wamena. Tentu saja, setelah dia bercerita kepada keluarga bahwa Wamena adalah tempat yang indah dan nyaman. 

“Jadi saya pulang sekarang ini bukan (untuk) memulihkan trauma, tapi mau menyampaikan ke keluarga kalau saya baik-baik saja dan masih sanggup pergi ke sana (Wamena),” ucap Henryk saat dihubungi Humas Jabar. 

Menurut Iriyanto, hubungan hangat antara warga Jabar dan Wamena tercipta dari komunikasi yang baik. Apalagi, kata dia, warga Jabar memegang teguh tata krama dalam bermasyarakat dengan penduduk setempat. 

Selain itu, warga Jabar dan Wamena sama-sama berupaya mengeluarkan potensi di daerah Jayawijaya tersebut. Pasalnya, kata Iriyanto, banyak rahasia alam Wamena yang belum tergarap. Misalnya, potensi tambang emas. 

“Warga Jabar itu pakai moto someah itu benar-benar. Silih asah, silih asih, itu benar. Pesan Gubernur Jabar itu kami simpan di tanah rantau. Menjaga lembur, nyaah ka lembur. Di Wamena semua berbaur. Tidak ada orang Garut, Sukabumi, Cianjur,” ucapnya. 

“Kalau jalan-jalan ke Wamena, oleh-oleh yang dibawa bukan hanya koteka (pakaian adat Wamena), tapi emas Papua 23 karat. Wamena itu luar biasa, dan kami bersama-sama berupaya mengeluarkan potensi di sana,” tambahnya. 

Sebagai Ketua Panguyuban Sunda Ngumbara, Iriyanto rajin merancang pertemuan antara masyarakat Jabar dengan warga Wamena maupun dengan masyarakat Jabar sendiri. Salah satunya dengan guyub dalam pengajian, supaya silahturahmi terus terjalin. 

“Di sana ada kegiatan pengajian, yasinan, untuk mengikat silahturahmi sesama masyarakat Jabar. Kalau tidak begitu, kita tidak bisa sama-sama kenal,” ucap Iriyanto mengakhiri.