by

Netty: Penanaman Nilai Agama Jadi Tantangan Institusi Pendidikan

Seputar News/ Bandung – Kasus tewasnya seorang guru SMA Negeri 1 Torjun, Sampang, Madura, Jawa Timur yang diduga akibat dianiaya muridnya sendiri pada awal Februari 2018 lalu, menjadi tamparan keras bagi pembangunan pendidikan di Indonesia. Bunda Literasi Provinsi Jawa Barat Netty Prasetiyani Heryawan mengungkapkan, hal ini menjadi gambaran bahwa institusi pendidikan tidak hanya bertanggung jawab dalam mencerdaskan anak didiknya, tetapi juga bagaimana karakter dan kepribadian anak terbentuk berlandaskan nilai-nilai agama.
Netty mengutarakan hal tersebut saat membuka acara Edu Passion 2018 SMAN 3 Bandung, Kamis (15/02/2018). Acara yang mengangkat tema “Gantungkan Cita-citamu Setinggi Langit, Bermimpilah Setinggi Langit. Jika Engkau Jatuh, Maka Engkau Akan Jatuh Diantara Bintang-bintang”, melibatkan perwakilan dari sekitar 50 SMA/SMK Negeri dan Swasta se-Kota Bandung. Konsep acara edu passion ini memadukan seminar, panggung hiburan, dan pameran pendidikan dari 37 perguruan tinggi dalam dan luar negeri, serta 9 konsultan pendidikan.
Berkaca dari kasus tersebut, Netty beranggapan bahwa pendidikan tidak cukup menjadikan seseorang menjadi berwawasan, namun sangat penting untuk mengarahkan anak didik agar mampu mengimplementasikan ilmunya dengan tetap menghindari informasi yang buruk.
“Saya tidak ingin sedang menginspirasi para siswa untuk melakukan tindakan yang sama, justru ambilah pelajaran, bahwa hari ini pendidikan ga cukup memberikan pengetahuan, pendidikan ga cukup menjadikan seseorang mengetahui segala sesuatu,” pungkas Netty dalam sambutannya.
“Tapi penting untuk mengarahkan subjek pendidikan untuk bisa melakukan apa yang menjadi pengetahuannya. Kalau itu informasi baik, dia mampu melakukan dan kalau ada informasi buruk dia mampu menjauhi,” sambungnya.
Lebih jauh Netty memaparkan bahwa tujuan pembangunan pembangunan pendidikan bukan hanya menjadikan anak didik menjadi lebih tahu segala sesuatu (knowing), tapi juga mampu melakukan apa yang dipelajarinya (doing), mampu memilah apa yang baik dan yang buruk. Selain itu, menjadi tugas dan tanggung jawab institusi pendidikan dalam membentuk karakter dan kepribadian anak didik. Inilah tantangan berat bagi pembangunan pendidikan Indonesia saat ini. “Banyak orang yang berpengetahuan, tetapi tidak memilih untuk menjadi orang baik,” tukas Netty.
Penanaman karakter dan kepribadian ini, kata Netty, dapat dilakukan melalui acara-acara seperti Edu Passion, Edu Fair, Edu Expo, maupun event lainnya, selama kegiatan-kegiatan tersebut menyampaikan pesan pada seluruh peserta didik, bahwa hari ini kita punya tugas dan tanggung jawab yang sama besar untuk memastikan setiap jengkal Negara Kesatuan Republik Indonesia ini bisa dihuni sebagai tempat yang aman, ramah dan layak bagi seluruh warganya, terbebas dari narkoba, pornografi, serta kekerasan, dan itu harus berlandaskan nilai-nilai agama.
Netty menilai, masyarakat kini mulai mengalami disorientasi, dimana agama hanya menjadi tontonan dan tontonan yang malah menjadi tuntunan. Untuk itu, Netty optimis bahwa institusi pendidikan Indonesia, khususnya Jawa Barat, mampu membentuk karakter dan kepribadian anak didik yang tidak hanya berwawasan luas, namun juga memiliki moral dan  menjunjung tinggi nilai agama.
“Saya pikir hari ini masyarakat kita sudah mengalami disorientasi, saat agama harus menjadi tuntunan, hanya menjadi tontonan. Sebaliknya, tontonan menjadi tuntunan bagi anak-anak kita,” kata Netty.
“Tentu saja kita tidak bangga dengan nilai (akademis) yang tinggi tanpa adanya karakter dan kepribadian. Buktikan, institusi pendidikan tidak hanya menjadikan anak-anak kita berpengetahuan, tapi juga menjadikan agama sebagai landasan kehidupannya,” tutupnya.